KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan industri pembiayaan (multifinance) menunjukkan tren perlambatan dalam beberapa tahun terakhir.
PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) atau BFI Finance mencermati bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh volatilitas tinggi akibat ketidakpastian kebijakan ekonomi dan risiko geopolitik, termasuk dampak dari perang dagang global.
Corporate Communication Head BFI Finance Dian Ariffahmi mengungkapkan bahwa tekanan tersebut turut memengaruhi daya beli masyarakat yang tertahan dan menurunnya stabilitas harga komoditas.
"Hal ini berpotensi meningkatkan rasio kredit bermasalah atau non-performing financing (NPF), yang perlu diantisipasi secara serius," ujar Dian kepada Kontan.co.id, Selasa (6/5).
Kendati demikian, BFI Finance mampu menjaga pertumbuhan piutang pembiayaan bersih (net receivables) secara konsisten dalam tiga tahun terakhir. Pada 2022, piutang bersih tercatat sebesar Rp 19,6 triliun.
Angka ini naik menjadi Rp 20,8 triliun di 2023, dan kembali meningkat menjadi Rp 22,1 triliun di 2024. Hingga kuartal I-2025, piutang bersih BFI Finance telah mencapai Rp 22,8 triliun.
Dian menambahkan, perusahaan terus memperkuat fundamental bisnis dengan menjaga kualitas portofolio pembiayaan.
Strategi utama yang diterapkan adalah memperketat proses penilaian risiko (underwriting) serta meningkatkan kapabilitas penagihan (collection).
"Strategi kami tetap fokus pada mitigasi risiko melalui pengelolaan portofolio yang prudent dan waspada terhadap kondisi eksternal," jelasnya.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya BFI Finance untuk menjaga kinerja tetap solid di tengah tantangan industri pembiayaan yang belum sepenuhnya pulih.